Wayang-wayang berikut
ini kurang popular di kita pemerhati wayang
. 1. Ditya Wilkataksini
Ditya Wilkataksini adalah punggawa
raksasa negara Alengka. Karena kesaktiaannya ia ditugaskan oleh Prabu Dasamuka
untuk menjaga keamanan pantai negara Alengka. Sedangkan saudaranya
bernama Tataksini yang ahli
menyelam, mendapat tugas menjaga keamanan samodra. Karena memiliki
pandangan mata yang sangat tajam, Wilkataksini berhasil menangkap bayangan
tubuh Anoman yang terbang tinggi di balik gumpalan mega dalam upaya menyelusup
masuk negara Alengka. Waktu itu Anoman sedang melaksanakan tugas sebagai duta
Prabu Rama menuju negara Alengka untuk mencari kebenaran keberadaan. Dewi Sinta sebagai tawanan Prabu Dasamuka. Dengan
kesaktiaannya Wilkataksini menyedot tubuh Anoman masuk ke dalam mulutnya untuk
dikunyah. Wilkataksini akhirnyua mati sebelum melaksanakan niatnya. Anoman yang
bertiwikrama berhasil menjebol rongga mulutnya sampai hancur. Angin dari
segala jurusannya berubah ke satu arah, bagai badai ia masuk ke perut
Wilkataksini.Anoman terkejut tak mengira. Tapi sebelum ia sempat
berpikir apa-apa, Kera Putih ini sudah kehilangan segala dayanya. Bagai sehelai
kapas ia tersedot lewat mulut prajineman Alengka yang sakti itu. Seberkas
terang masih sempat dilihatnya ketika ia berada di ambang mulut Wilkataksini,
tapi kemudian ia merasakan gelap-gulita di sekitarnya. Kera Putih ini
sudah berada dalam perut Wilkataksini. Sejenak Anoman tak sadarkan diri. Batara
Surya selalu menaunginya. Maka sedikit cahaya masuk lewat mulut
Wilkataksini. Dan Anoman pun melihat samudra.
2. Wirakampana
Wirakampana
atau Wil Kampana adalah seorang Raksasa yang bertugas sebagai kusir
kereta Jatisura milik Raden Arya Gunawan Wibisana. Sesampainya di Taman
Andana Raden Bratasena berjumpa dengan penunggunya dua orang raksasa Ditya
Wirupaksa dan Ditya Wirakampana. Karena kembang tidak diberikannya maka terjadi
perkelaian sehingga kedua raksasa dapat dikalahkan dipijak kedua lehernya tidak
dapat bergerak lagi. Batara Kuwera melihat keadaan ini, maka dilerai perkelaian
tersebut, supaya kedua raksasa abdi penunggu taman dilepas.Dijelaskannya bahwa kembang tersebut memang disediakan
untuk Raden Bratasena, namun karena kedua raksasa tersebut tidak mengetahui
bahwa Raden Bratasena itu juga Raden Werkodara, maka terjadi
perkelaian. Bentuk wayang Batara Kuwera, berhidung dempak, bermata
telengan, bertopong, berpraba, bersampir, berkeris di depan, berbaju, bersepatu
dan berkain rapekan Dewa, wayang ini termasuk wayang gagahan. Tetapi ada juga
yang menafsirkan berhidung lancip seperti Batara Indra, bahkan ada yang
menafsirkan Batara Kuwera itu juga Batara Wisrawa. Wirakampana dan raksasa sakti lainnya telah
tewas. Bahkan Patih Prahasta juga telah tewas
ditangan Anila. Kesedihan Dasamuka memuncak ketika teringat
bahwa Sarpakenaka yang kesaktiannya tiada tara juga telah
mati. Kekalahan demi kekalahan yang menimpa Dasamuka
ditimpakan Gunawan.
3. Wirupaksa
Wirapaksa adalah senapati raksasa. Wirupaksa dan Wiluitaksa
disebelah utara istana. Sedangkan digunung suwela Rama, Lasmana dan Sugriwa
bersama-sama memuja dan meminta kepada Sangyang Guru agar diberi keselamatan
dalam berperang. Raksasa Wirupaksa dihadang oleh Lasmana. Melihat para raksasa
banyak yang tewas, Indrajit segera maju menyerang. Anggada segera menghadangnya
dan terjadilah perang antara Anggada melawan Indrajit. Kereta Indrajit
hancur dan ia terjatuh kemudian mengundurkan diri.Indrajit merasa kewirangan, ia segera melakukan semedi.
Sementara itu Ramawijaya melepaskan senjata panahnya kearah prajurit raksasa. Terjadilah
hujan panah yang membuat banyak korban pihak Alengka. Semua prajurit raksasa
yang tewas. Citracapa kalah cepat oleh tindakan senapati Wirupaksa yang
menyerangnya dan menggadanya. Citracapa tewas.Melihat ini Citrasekti bergerak maju hendak menyerang
Wirupaksa. Tetapi ia kalah cepat dengan senapati Kampana yang menyerangnya
dan menggadanya.Citrasudirga tewas. Putra mendiang Citraguna bergerak maju
hendak menyerang Bajramusti, tetapi ia kalah cepat oleh tindakan senapati
Supwarsa menyerangnya dan menggadanya. Ia tewas. Kegaduhan terjadi di kalangan
pasukan Lokapala. Prabu Danaraja atau Prabu Wisrawarna mengamati jalannya
pertempuran dengan seksama. Untuk menolong keadaan ia segera bergerak maju
ke tengah-tengah musuh untuk membela kematian Patih Banendra oleh
Rahwana. Rahwana berhadapan dengan kakaknya. Prabu Rahwana
menyaksikan kakaknya muncul memimpin pertempuran secara pribadi segera naik
kembali ke kereta perangnya.
4. Begawan Wisrawa
Wisrawa adalah seorang raja di kerajaan Lokapala
yang mengundurkan diri kemudian menjadi seorang begawan, yaitu Begawan
Wisrawa. Kemudian tahta kerajaan diserahkan kepada putranya Prabu
Danareja. Sejak “madeg pandita”, sang begawan gemar bertapa mengurai
kebijaksanaan dan memperbanyak laku menahan nafsu duniawi. Sebenarnya, Wisrawa
belum begitu tua, dia masih termasuk paruh baya. Tetapi dia sudah merasa cukup
mengenyam kehidupan duniawi yang sukses.Sebagai raja dia banyak terlibat dalam urusan negara
sehari-harinya dan meskipun menjadi penguasa diapun mesti mengikuti aturan
kerajaan, sehingga dia merasa tidak bebas. Dia ingin hidup yang lebih
bebas, dia ingin menjadi kawula biasa, supaya bisa pergi kemanapun. Dia telah
berketetapan hati untuk mendalami kehidupan spiritual, menjadi seorang pendeta.
Dihari tuanya, dia ingin membersihkan jalan kehidupannya dan mendekatkan diri
kepada Sang Maha Pencipta.Kemudian, dewata memutuskan memberi amanah rahasia Serat
Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu kepada Wisrawa untuk diajarkan
kepada umat manusia. Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan penuh
keharuan.Betara Narada mengatakan : Sifat ilmu ada 3 (tiga):
Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus jangan pamrih. Kedua, ilmu memiliki
sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat baik
buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak buruk dan yang buruk
kelihatan sebagai sesuatu yang baik. Oleh karena itu jangan selalu menilai
5. Batara Yamadipati
Yamadipati adalah nama dewa pencabut
nyawa. Dalam pewayangan, Batara Yamadipati adalah putra Batara Ismaya alias
Semar dengan Dewi Kanastri atau Dewi Kanastren. Namun dalam kitab Mahabarata,
Batara Yamadipati adalah putera Batara Surya. Ia juga disebut Batara
Petraraja atau Yamakingkarapati. Petra artinya adalah neraka atau raja neraka
dan Kingkara berarti makhluk penjaga neraka. Istrinya bernama Dewi
Mumpuni, seorang bidadari cantik pemberian batara Guru. Dewi Mumpuni sebenarnya tidak mencintai Batara
Yamadipati. Ia pun tidak merasa bahagia bersuamikan dewa yang berwajah buruk
dan menakutkan. Oleh karena itu, Dewi Mumpuni menjalin cinta dengan Bambang
Nagatatmala, putra Sang Hyang Antaboga. Akibat skandal itu, terjadilah keonaran di kahyangan.
Akhirnya, Bathara Yamadipati rela melepaskan Dewi Mumpuni untuk diperistri
Nagatatmala. Dengan kepergian isterinya, membuat Batara Yamadipati
sedih.Karenanya saat berjumpa dengan Dewi Sawitri yang amat
mencintai dan setia dengan suaminya, Setiawan, ia sangat kagum dan
hormat. Karena kagum dengan kesetian wanita itu, Yamadipati dengan
kewenangannya membatalkan tugasnya untuk mencabut nyawa Setiawan, suami
Sawitri. Bahkan Batara Yamadipati memeberi berkah pada pasangan
Sawitri-setiawan sehingga mereka berumur panjang dan memiliki 40 orang
anak. Berbeda dengan dewa yang lain, kahyangan Batara yamadipati tidak tetap. Kahyangan
itu dibangung oleh Batara Wismakarma, bisa berpindah-pindah sesuai kehendak
pemiliknya. Lalu, ia bertempur.
6. Begawan Wilwuk
Ada yang menceritakan bahwa Resi Wilawuk
berwadag seekor naga besar, naga yang mempunyai sepasang sayap yang
panjang dan kuat. Baiknya kita tanggapi kedua versi itu, dan kita simpulkan,
Resi Wilawuk adalah seorang jin raksasa, yang dapat berubah menjadi seekor
naga. Resi Wiawuk meminta Arjuna mengikuti resi Wilawuk kepertapaannya, yaitu
pertapaan Pringcendani. Arjuna naik kebadan naga, dan naga Wilawuk pun
terbang menuju ke pertapaan Pringcendani.Setiba di Pertapan Pringcendani diperkenalkan dengan
puteinya,yang cantik dan elok, ia bernama Dewi Jimambang.. Ia cantik bagaikabn
bidadari kahyangan.Resi Wilawuk melihat kedua insan saling jatuh cinta, sang
resipun menikahkan.Selesai pernikahan, resi Wilawuk memberi sebuah cupu
berisi lenga (minyak) Jayengkaton Khasiatnya, barangsiapa memoleskan minyak
Jayengkatonp ada kedua maatanya, maka akan melihat alam halus, dimana akan
melihat segala jin dan kerajaannya.Resi juga menghadiahi pusaka Jalasutera kencana setelah
semua keperluannya selesai, Arjuna pun berpamitan untuk pergi ke hutan
Wanamarta. Untuk mempercepat perjalanan ke Wanamarta, Resi Wilawuk juga
memberikan Kuda Ciptawilaha dan cambuk Kyai Pamuk. Singkat cerita Arajunapun
sudah berangkat ke Wanamarta. Semenara itu saudara saudaranya yang lain
sudah berada di hutan Wanamarta. Bima merasa geram derngan kejadian kejadian
yang aneh. Bima telah merubuhkan puluhan pohon yang besar besar, namun
begitu roboh, maka pohon itu berdiri kembali.
7. Wisakarma
Wisakarma adalah raja raksasa negara/kerajaan Kotawindu
yang terletak di lereng Gunung Warawendya. Ia menikah dengan Dewi Merusupadmi/Dewi
Sumeru (Mahabharata) salah seorang keturunan Sanghyang Taya. Dari pernikahan
tersebut ia memperoleh seorang anak bernama Dewi Sayempraba. Adik Prabu
Wisakarma yang bernama Dewi Wisakti menjadi istri Prabu Dasamuka, raja negara
Alengka dan berputra kembar yang diberi nama Trikaya dan Trimuka. Prabu
Wisakarma adalah raksasa ahli racun. Ia menjadi sahabat dan orang kepercayaan
Prabu Dasamuka. Prabu Wisakarma mempunyai sifat serakah, wataknya kejam, bengis
dan mau benarnya sendiri. Dengan kesaktiaannya,Prabu Wisakarma membangun taman lengkap beserta
istananya dengan mengambil pola taman dan istana Bathara Indra. Bahkan
keindahan dan kemegahan taman istana Kotawindu melebihi keindahan Taman
Indraloka. Perbuatan Prabu Wisakarma membangkitkan kemarahan Bathara
Indra. Panah angin dilepaskan Dewa Indra dari pintu kahyangan, menghantam dan
memporak-porandakan istana Kotawindu. Prabu Wisakarma dan Dewi Merusupadmi/Dewi
Sumeru tewas dalam peristiwa tersebut. Bekas istana Kotawindu kemudian berubah
menjadi Goawindu dan dihuni oleh Dewi Sayempraba yang selamat dari tragedi
panah angin Bathara Indra. Wisakarma berputra Anala kata Kapi Anala sambil
terus menghujani dua bersaudara Daksi itu dengan tebaran racun. Hadapilah racunku, jika kalian memang ahli
racun. Putadakshi dan Pratamadakshi marah. Mereka menghunus pedang
yang sudah direndam dalam ramuan racun. tetapi, Anala mahir. (BPurnomo.co.id).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar