Minggu, 27 Januari 2019

DEGENERASI TULANG DAUN JERUK (CITRUS VEIN PHLOEM DEGENERATION)



Menanam Jeruk termasuk investasi yang cukup menjanjikan keuntungan . Salah satu permasahalahan yang sering dihadapi oleh para petani jeruk adalah penyakit CVPD.  CVPD adalah singkatan dari Citrus Vein Phloem Degeneration, terjadi degenerasi jaringan floem di tulang daun. Penyakit CVPD bukanlah penyakit khusus yang hanya bisa ditemukan di Indonesia karena penyakit ini juga ditemukan di negara-negara asia lainnya. Tercatat, penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1929 dan juga pada tahun 1943 di Tiongkok. Tahun 1951 mulai menyerang Taiwan, 1947 ditemukan di Afrika Selatan, dan baru pada tahun 1996 penyakit ini sudah ditemukan di Aceh, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Bali, dan daerah-daerah Indonesia lainnya
Sejak tahun 1950-an di Jawa terlihat adanya kemunduran pada tanaman-tanaman jeruk, terutama pada jeruk Siem. Gejala yang mencolok pada tanaman jeruk yang sakit adalah terjadinya klorosis pada daun-daun. Oleh karena itu dulu penyakit disebut sebagai Citrus chlorosis, tetapi karena gejala yang khas adalah terjadinya degenerasi pada floe'm tulang daun, maka di Indonesia penyakit dikenal sebagai Citrus vein phloem degeneration atau CVPD.
Penyakit berkembang terus sehingga pada waktu ini orang selalu menanam jeruk dengan rasa tidak pasti. Kalau dulu pohon jeruk keprok dapat mencapai umur puluhan tahun, di Jawa sekarang pohon-pohon ini hanya dapat memberikan hasi12-3 kali. Dewasa ini jeruk Garut dapat dikatakan punah karena CVPD. Demikian pula halnya dengan jeruk Tawangmangu.
Di Indonesia penyakit terutama tersebar meluas di Jawa dan Sumatera. Di beberapa lokasi penyakit sedemikian meluas. sehingga tempat-tempat ini dianggap sebagai daerah endemis, yaitu Gumilir (Cilacap), Junggo dan Punten (Batu), Pulung dan Plaosan (Magetan), Wanaraja/Karangpawitan (Garut), Kuto arjo, Ogan Komering Ilir, dan beberapa lokasi di Lampung. Di pulau-pulau lain penyakit pernah ditemukan dl Pontianak. uJungpandang. Bantaeng. dan Jeneponto.

GEJALA PENYAKIT CVPD
Gejala.-Gejala CVPD dapat dibagi menjadi gejala luar dan gejala dalam. Gejala luar ditunjukkan dengan daun menjadi kuning, kaku,sering berdiri tegak, dan sering pula tampak bercak-bercak klorotis (terjadi blotching), buah retak atau menguning sebagian. Gejala klorosis pada daun mirip dengan klorosis yang terjadi karena defisiensi unsur Zn, Fe, Mn, atau N. Tetapi percobaan pemupukan dan penyemprotan dengan bermacam-macam unsur tersebut dapat menyembuhkan penyakit. Walaupun ciri-ciri penyakit CVPD pada tanaman jeruk diatas bisa dilihat secara langsung, namun jika masuk musim penghujan, ciri-ciri tersebut akan lebih sulit untuk dilihat. Berikut ini gejala luar yang biasanya muncul pada CVPD :
  1. Daun Belang Kuning, meruncing dan tegak ke atas : Gejala penyakit CVPD pada tanaman jeruk yang pertama adalah munculnya belang berwarna kuning pada bagian daun. Biasanya, belang tersebut tidak sama antara sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri daun atau tidak simetris. Belang kuning ini mengakibatkan pertumbuhan daun menjadi sangat lambat dan daun menjadi mengecil dengan ujung daun meruncing tajam dan terasa kasar seperti sikat yang biasanya menghadap ke arah atas.
  2. Buah Tidak Simetris dan berukuran kecil ada warna oranye lain : Buah dari pohon jeruk yang terkena penyakit CVPD, ketika dibelah, bagian isinya tidak akan sama antara sisi kanan dan kiri atau tidak simetris, dengan biji berwarna cokelat pada ujungnya. Buah dari pohon jeruk yang terserang CVPD biasanya memiliki ukuran lebih kecil terutama jika buah tersebut berada pada bagian pohon yang kurang terkena sinar matahari dan juga biasanya muncul pada pangkal buah yang tiba-tiba berwarna orange yang berbeda dengan warna orange pada buah dari pohon jeruk yang sehat.
  3. Pertumbuhan Lamban: Jika anda menanam jeruk dari biji yang sudah terkena penyakit VCPD, maka tanaman tersebut akan tumbuh secara lamban dan terlihat sangat merana.
Gejala dalam ditunjukkan oleh jaringan floem yang lebih tebal dibanding daun berwarna hijau. Terjadi penyusutan volume pembuluh-pembuluh floem, sehingga seolah-olah terjadi penebalan dinding sel. Penebalan ini merupakan jalur-jalur putih mulai dari dekat sklerenkim sampai xilem yang terjadi dari dinding-dinding sel yang berdempet-dempetan karena rongga sel telah hilang atau menjadi kecil. Sel-sel parenkim yang masih berongga biasanya penuh berisi butir-butir pati.
Penyakit ini disebabkan oleh  organisme yang mirip mikoplasma (mycoplasma-like organism, MLO) dan ada yang melaporkan oleh organism mirip bakteri (Bacterium like organism, BLO) dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Pengamatan dengan mikroskop elektron terhadap bahan tanaman sakit ('VPD dari Jawa yang dilakukan oleh Tirtawidjaja (1972. Further studies on Citrus Vein Phloem Degeneration) di Wageningen, Nederland, menemukan adanya benang-bcnang yang menyerupai kumpulan zarah virus Tristeza dan benda-benda yang menyerupai mikoplasma. Namun demikian karena diketahui bahwa organisme tadi mempunyai dinding sel, maka penyebab CVPD disebut sebagai organisme yang mirip bakteri (bacteria-Iike organism, BLO).
Penyakit dapat menular dengan perantaraan alat-alat Pertanian seperti gunting pangkas, pisau okulasi, dan gergaji. Penyakit dapat menular dengan penempelan atau penyambungan. Di alam penyebab penyakit terutama ditularkan oleh serangga (Citrus psylla) Diaphorina citri. Semula dikira bahwa penularan CVPD dilakukan oleh D. citri bersama-sama dengan kutu daun Toxoptera citricida, namun akhirnya terbukti bahwa D. cirri sendiri dapat menularkan penyebab penyakit ini. Penularan terutama terjadi pada waktu tanaman membentuk banyak kuncup. Menurut Mahfud (1985. Penularan penyakit CVPD oleh Diaphorina citri, Kongr. Nas. VIII PFI) serangga tersebut baru dapat menularkan CPVD ke tanaman sehat bila mengisap tanaman sakit selama 48 jam, lalu mengisap tanaman sehat selama 360 jam. Dalam percobaan, CVPD dapat ditularkan ke tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dengan perantaraan tali putri (Cuscuta sp.).
Selain pada jeruk CVPD dapat menular ke beberapa anggota dari familia jeruk-jerukan (Rutaceae) seperti Poncirus trifoliate,  kemuning (Murraya paniculata), Swinglea glutinosa, dan Clausena indica.
PENGENDALIAN PENYAKIT CVPD
Walaupun sangat merugikan petani, namun bukan berarti penyakit CVPD tidak dapat dicegah. Secara umum, terdapat beberapa cara yang biasa dilakukan oleh petani jeruk dalam mencegah penyakit CVPD ini. Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan CVPD tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Pengadaan bibit jeruk bebas penyakit: Pengadaan bibit ini mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi benih (BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah mengembangkan teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di riau, jawa timur, sulawesi selatan, jawa barat dan bali.
  2. Serangga vector: Serangga penular utama dalam penyebaran CVPD adalah  Diaphorina citri. Vektor ini menularkan CVPD di pesemaian dan di kebun, terutama ditemukan pada tunas  Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat dipertimbangkan dan diaplikasikan pada saat tanaman menjelang dan ketika bertunas. Pengendalian serangga vector/penular penyakit CVPD, yaitu serangga kutu loncat (Diaphorina citri) dengan cara: Penggunaan musuh alami, diantaranya adalah kepik merah. Penggunaan perangkap kuning yang dipasang diantara pohon jeruk, dengan cara digantung setinggi setengah tinggi pohon. Tujuannya untuk menarik kutu loncat agar menempel pada perangkap sehingga populasi kawanan kutu loncat di areal kebun dapat terpantau dan dapat menentukan tindakan pengendalian lebih lanjut, yaitu penggunaan insektisida kimia.
  3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin : Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200 ppm. Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus diulangi.untuk memperoleh hasil optimim, tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan mendapat pengairan yang cukup.
  4. Eradikasi : Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman ini tidak menghasilkan buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber inokulum bagi tanaman disekitarnya. Dengan demikian, tanaman sakit harus dimusnahkan melalui eradikasi.
  5. Karantina : Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan mentri pertanian nomor 129/kpts/um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari daerah endemic kedaerah bebas CVPD.
  6. Pengairan dan pemupukan : Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah yang belum biasa melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk tersebut diberi pemupukan berimbang antara pupuk makro dan pupuk mikro. 
  7. Pemetaan daerah serangan CVPD : Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data yang diperlukan adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman yang terkena CVPD, intensitas/tingkat serangan, penyebaran penyakit, cara pengendalian serta pengembangan pengendalian penyakit CVPD. (SEKIAN DAN TERIMAKASIH dikompilasi oleh Bambang Purnomo)

Tidak ada komentar: