Sebagai seorang rantau, pemahaman tentang Islam kami mungkin baru setetes dari sekiyan banyak air laut dan daratan di dunia ini. Dahuliu kala Islam menjadi jaya karena para cerdik cendekiawan dan pemaham agama tidak saling menyalahkan interprestasi-interprestasi yang muncul. Kenapa demikian ? Mereka saling mencari kebenaran dengan cara berusaha membuktikan. Apakah sekarang tidak demikian? Sebagian ya. Oleh karena itu kami menjadi bingung untuk memahami Islam harus dari sudut pandang mana. Dalam dunia pewayangan, biasanya wayang bener pergi ke begawan Abiyasa. Di dunia nyata ini siapa yang jadi Abiyasa? Semuanya implisit mengaku sebagai Abiyasa.
Di dunia wayang Abiyasa tidak pernah memberi wejangan atau nasehat dengan cara menyalahkan yang lain, semuanya kembali ke kitab aturan mainnya. Di dunia islam akan kembali ke Qur'an dan Hadis. Kalau semua kembali ke Qur'an dan Hadis, kenapa masih banyak aliran atau sekte-sekte ? Sejak saya lahir, saya telah mendengar banyak sekte di Indonesia, antara lain sekte Ahli sunnah, Syi'ah, Khawariy, Ahmadiyah. Khusus Ahmadiyah, tahun 1970-an dengar-dengar telah diusulkan oleh Prof. Hamka untuk tidak dimasukan sebagai sekte. Saya sebagai penulis di blog ini tidak ingin membedakan atau menyamaratakan sekte-sekte tersebut karena memang saya juga tidak paham. Cuma saya ingin mencocok-cocokan dengan apa yang pernah saya baca, lihat, dengar dan semacamnya dari pengalaman hidup saya dari sudut pandang othag athig.
Islam pernah jaya sejaya-jayanya sebelum tahun 1300-an dan setelah itu sampai sekarang tampaknya Islam kurang berkembang kalau toh tidak boleh dikatakan tidak berkembang. Di tulisan ini saya ingin mengajak berfikir ulang kenapa demikian?
Kita orang Islam, mempunyai banyak kewajiban yang harus kita laksanakan atas nama ALLAH SWT. dan diantara sekian banyak kewajiban yang dibebankan kepada kita orang Islam adalah iqro' (saya terjemahkan membaca dalam artian belajar). Kita sebagai orang Islam diwajibkan iqro' di setiap tempat, disuruh mencari ilmu kapan saja dan di mana saja bahkan ada yang mengatakan walaupun ke negeri Cina (mungkin dapat diterjemahkan ke tempat yang jauh atau lain agama).
Pendahulu kita yang beriqro di abad moderen antara lain Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M) yang oleh orang barat dipanggil Gebert tokoh Kimia dan mendalami agamanya menggunakan logika kimia. Abu Yusuf Ya'cub ibnu Ishak Al Kindi yang oleh orang barat dipanggil Kindus (kebiasaan orang barat melatinkan nama asli ilmuan), mengembangkan filosof, matematik, logika dan kedokteran. Muhammad Ibnu Musa Al Khwarazmi dipanggil oleh orang barat Algorism mengembangkan ilmu hitung atau aritmatika. Masih banyak lagi orang-orang Islam yang terkenal, sebut saja Muhammad Ibnu Zakaria AR Razi (865-925), Abu Nasr Al Farari (870-900), Abu Ali Al Husein Ibnu Sina (980-1037), Abu Ali Al Hasan Ibnu Haitham (965-1039) dsb. Oleh karena itu bahwa antara tahun 750-1200-an ilmu pengetahuan atau sains adalah milik orang-orang Islam dan mengantar Islam ke puncak kejayaan.
Mengapa kemampuan kita menguasai sains menjadi terkalahkan?. Sejak tahun 1200 ilmu pengetahuan atau sains mulai terbengkalai. Kenapa terbengkalai?. Sejarah mencatat bahwa pada masa setelah tahun 1200 orang-orang Islam telah mulai menyibukan dengan persengketaan agama, mereka saling mengolok-olok, apalagi yang berbeda agama. Orang-orang seagamapun kalau pandangannya berbeda tidak ditolelir, sehingga orang-orang Islam ini tidak lagi sempat mengembangkan ilmu pengetahuan, sementara pendahulu-pendahulu yang fasih telah tiada.
Sekarang kita orang Islam harus mawas diri, kapan kejayaan Islam berkembang kembali?. Kami jawa rantau berimaginasi, mungkin masih lama lagi. Kenapa?. Negara-negara yang penduduknya beragama Islam masih hidup dalam penderitaan, meskipun ada juga yang makmur dan maju. Negara-negara tersebut kelihatannya belum mau memakmurkan dan memajukan penduduknya karena masih sibuk dengan persengketaan. Umat Islam masih menyibukan diri dengan saling berbantahan Agama, saling mengkafirkan dll dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar