Minggu, 01 November 2009

ILMUAN ISLAM PADA MASA JAYANYA ISLAM imaginasi Jawa Rantau


Sebagai seorang rantau, pemahaman tentang Islam kami mungkin baru setetes dari sekiyan banyak air laut dan daratan di dunia ini. Dahuliu kala Islam menjadi jaya karena para cerdik cendekiawan dan pemaham agama tidak saling menyalahkan interprestasi-interprestasi yang muncul. Kenapa demikian ? Mereka saling mencari kebenaran dengan cara berusaha membuktikan. Apakah sekarang tidak demikian? Sebagian ya. Oleh karena itu kami menjadi bingung untuk memahami Islam harus dari sudut pandang mana. Dalam dunia pewayangan, biasanya wayang bener pergi ke begawan Abiyasa. Di dunia nyata ini siapa yang jadi Abiyasa? Semuanya implisit mengaku sebagai Abiyasa.
Di dunia wayang Abiyasa tidak pernah memberi wejangan atau nasehat dengan cara menyalahkan yang lain, semuanya kembali ke kitab aturan mainnya. Di dunia islam akan kembali ke Qur'an dan Hadis. Kalau semua kembali ke Qur'an dan Hadis, kenapa masih banyak aliran atau sekte-sekte ? Sejak saya lahir, saya telah mendengar banyak sekte di Indonesia, antara lain sekte Ahli sunnah, Syi'ah, Khawariy, Ahmadiyah. Khusus Ahmadiyah, tahun 1970-an dengar-dengar telah diusulkan oleh Prof. Hamka untuk tidak dimasukan sebagai sekte. Saya sebagai penulis di blog ini tidak ingin membedakan atau menyamaratakan sekte-sekte tersebut karena memang saya juga tidak paham. Cuma saya ingin mencocok-cocokan dengan apa yang pernah saya baca, lihat, dengar dan semacamnya dari pengalaman hidup saya dari sudut pandang othag athig.
Islam pernah jaya sejaya-jayanya sebelum tahun 1300-an dan setelah itu sampai sekarang tampaknya Islam kurang berkembang kalau toh tidak boleh dikatakan tidak berkembang. Di tulisan ini saya ingin mengajak berfikir ulang kenapa demikian?
Kita orang Islam, mempunyai banyak kewajiban yang harus kita laksanakan atas nama ALLAH SWT. dan diantara sekian banyak kewajiban yang dibebankan kepada kita orang Islam adalah iqro' (saya terjemahkan membaca dalam artian belajar). Kita sebagai orang Islam diwajibkan iqro' di setiap tempat, disuruh mencari ilmu kapan saja dan di mana saja bahkan ada yang mengatakan walaupun ke negeri Cina (mungkin dapat diterjemahkan ke tempat yang jauh atau lain agama).
Pendahulu kita yang beriqro di abad moderen antara lain Jabir Ibnu Hayyan  (721-815 M) yang oleh orang barat dipanggil Gebert tokoh Kimia dan mendalami agamanya menggunakan logika kimia. Abu Yusuf Ya'cub ibnu Ishak Al Kindi yang oleh orang barat dipanggil Kindus (kebiasaan orang barat melatinkan nama asli ilmuan), mengembangkan filosof, matematik, logika dan kedokteran. Muhammad Ibnu Musa Al Khwarazmi dipanggil oleh orang barat Algorism mengembangkan ilmu hitung atau aritmatika. Masih banyak lagi orang-orang Islam yang terkenal, sebut saja Muhammad Ibnu Zakaria AR Razi (865-925), Abu Nasr Al Farari (870-900), Abu Ali Al Husein Ibnu Sina (980-1037), Abu Ali Al Hasan Ibnu Haitham (965-1039) dsb. Oleh karena itu bahwa antara tahun 750-1200-an ilmu pengetahuan atau sains adalah milik orang-orang Islam dan mengantar Islam ke puncak kejayaan.
Mengapa kemampuan kita menguasai sains menjadi terkalahkan?. Sejak tahun 1200 ilmu pengetahuan atau sains mulai terbengkalai. Kenapa terbengkalai?. Sejarah mencatat bahwa pada masa setelah tahun 1200 orang-orang Islam telah mulai menyibukan dengan persengketaan agama, mereka saling mengolok-olok, apalagi yang berbeda agama. Orang-orang seagamapun kalau pandangannya berbeda tidak ditolelir, sehingga orang-orang Islam ini tidak lagi sempat mengembangkan ilmu pengetahuan, sementara pendahulu-pendahulu yang fasih telah tiada.
Sekarang kita orang Islam harus mawas diri, kapan kejayaan Islam berkembang kembali?. Kami jawa rantau berimaginasi, mungkin masih lama lagi. Kenapa?. Negara-negara yang penduduknya beragama Islam masih hidup dalam penderitaan, meskipun ada juga yang makmur dan maju. Negara-negara tersebut kelihatannya belum mau memakmurkan dan memajukan penduduknya karena masih sibuk dengan persengketaan. Umat Islam masih menyibukan diri dengan saling berbantahan Agama, saling mengkafirkan dll dll.

Rabu, 14 Oktober 2009

PRABU BELGEDUWEL


Prabu Belgeduwel dalam pewayangan adalah Petruk yang sedang jadi raja. Pola berfikir kami, salah satu orang jawa yang di rantau, di Indonesia ini sedang masa Belgeduwel beh.
Prabu Belgeduwel beh merupakan penggambaran kumpulan rakyat kecil yang sedang berkuasa. Ia banyak mengundang penguasa-penguasa terdahulu untuk pesta tetapi sebenarnya hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempermalukan mereka dan Belgeduwel beh mendapatkan mandat dan kedaulatan penguasa  Sekarang ini tampaknya Belgeduwel beh tumbuh di mana-mana. Menghujat pemimpin, menyalahkan pola tindak yang tidak 'berbudaya' dan lain-lain dan lain-lain. Maklum rakyat kecil kan nggak pernah berkuasa. Mumpung berkuasa, maka pemimpin tertinggi sampai terendahpun akan dihujatnya. Dari Gathutkaca sebagai pemimpin rendah sampai Yudistira, Kresna, dan Baladewa sebagai pemimpin tertinggi di wilayah masing-masing dihujat pula oleh si Belgeduwel beh. Namun demikian, Belgeduwel beh ini tidak lama berkuasa jika ketemu Semar. Begitu Semar mengetahui bahwa prabu Belgeduwel beh adalah Petruk, maka pola penguasaan menjadi terbalik oleh utusan Semar yaitu saudara-daudara Petruk sendiri. Apakah reformasi Indonesia yang sekarang ini kayaknya bukan penyusunan ulang tetapi kebablasan memberantakkan itu akan benar-benar menjadi penyusunan ulang yang benar?. Kami menunggu masyarakat kecil lain yang bukan petrukisme, tetapi kelompok Gareng yang kaki dan tangannya cacat dibantu Bagong yang mempunyai mata besar.

Minggu, 30 Agustus 2009

PENGEJAWANTAH DAN NASIB RAKYAT JELATA (Bambang Purnomo)

SEMAR di dunia pewayangan merupakan penjilmaan dewa, tetapi hidupnya sebagai rakyat jelata. Oleh karena itu suara rakyat adalah suara Tuhan. Semar selalu tersenyum, tetapi matanya juga selalu sembab. Hal ini merupakan penggambaran rakyat jelata yang tetap tabah meskipun terkena tamparan sana-sini, simbul nrimo tetapi sengsara. Semar berwajah tua tetapi berkuncung seperti anak kecil, sebagai simbul kesengsaraan yang beruntun terjadi sejak muda. Semar perutnya besar sehingga mampu menampung sebuah gunung (tahta) yang dimakannya, karena menjadi rebutan si Togog dan Manikmaya. Hal ini menjadi simbul perebutan kekuasaan dalam pemilu. Semar beserta anak-anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong, merupakan simbul masyarakat jelata, masyarakat pemilih. Mereka di dunia pewayangan sering dijadikan "tumbal" jika ada acara-acara pesta penguasa, pengangkatan raja, atau pembangunan tempat dan sarana mewah.
Togog adalah saudara Semar yang sangat berambisi menjadi penguasa. Togog bermulut lebar karena sobek pada waktu mau makan gunung, terlalu banyak omong kosong pada waktu kampanye mendapatkan kemegahan kekuasaan yang bagaikan tegagnya gunung.
Manikmaya juga saudara Semar yang berhasil menjadi raja atau yang berkuasa di Jungglingsaloka. Meskipun Manikmaya sebagai penguasa, tetapi dia juga cacat lemah kaki, belang di leher, bercaling, dan berlengan empat. Karena kakinya lemah maka kemana-mana harus bersama bodiguard, pasukan pengaman Andini. Leher belang, bercaling, dan bertangan empat pasti pembaca juga tahu persis penguasa-penguasa sekarang.
Sebagai orang Jawa, kalau kita menyimak di sinom Kalatida, sinom Jakalodang, dan asmarandana Jayengbaya juga sudah tersirat di situ, kurang lebih begini ramalannya:
SERAT KALATIDA RANGGAWARSITA
Amenangi jaman edan   (Mengalami jaman gila)
Ewuhaya ing pambudi  (Serba salah dalam bertindak)
Melu ngedan nora tahan (Ikut gila tidak tahan)
Yen tan melu anglakoni (Kalau tidak ikut gila)
Boya keduman melik (Tidak akan mendapat bagian)
Kaliren wekasanipun (Kesengsaraan pada akhirnya)
Ndilalah kersa Allah (Namun telah menjadi kehendak Allah)
Begja begjaning kang lali (Seberapapun bahagianya orang yang lalai)
Luwih begja kang eleng klawan waspada (Akan lebih bahagia pada orang yang taqwa dan waspada)
SERAT JAKALODANG RANGGAWARSITA
Sasedya tanpa daya (Di suatu masa seluruh kehendak sangat sulit terwujud)
Sacipta-cipta tan pulih (Apa yang dicita-citakan berantakan)
Kang reraton-raton rantas (Apa yang dirancang menjadi berantakan)
Mrih luhur asor pinanggih (Ingin menang malah kalah, ingin dihormati jadi tercemar)
Bebendu gung nekani  (Bencana besar datang bertubi-tubi)
Kongas ing kanistanipun (Yang tampak hanyalah perbuatan-perbuatan tercela)
Wong agung nis gungira  (Banyak penguasa kehilangan kebesarannya)
Sudireng wirang jrih lalis  (Lebih baik tercemar dari pada mempertanggungjawabkan)
Ingkang cilik tan tolih ring cilikira (Rayat jelata juga sudah tidak mau tahu tentang keterbatasanya)
dst
Yen wis tobat tanpo mosik (Kalau semua bertobat dan menyerahkan diri)
Sru nalongsa narima ngandel ing sukma (Kepada kekuasaan Tuhan dengan sepenuh hati)

Rabu, 22 Juli 2009

ORANG JAWA TIDAK DI JAWA


Bismillah hirohmannirohim (BPur)
Assalamu'alaikum wr. wb. Hayu-hayu rahayu ing sakabehe
Kepada siapa saja para pembaca yang berminat memperhatikan orang jawa di rantau, blok ini mungkin dapat kami gunakan sebagai salah satu ajang komunikasi.
Dhumateng panjenenganipun para maos, para sutresno mitra jawi ingkang taksih hangletantunaken memitran sesami, mugi keparenga kula hangaturaken wacono sawetawis.
Kawula punika salah sawijining mitra jawi ingkang dedongko ing rantau tebih sanak kadang. Dumugi tahun 2009 menika, kawula sak keluarga sampun hingkang saking tanah Jawi antawis 24 warso. Mangga-mangga mitra sadaya maos lan urun rembug wonten blok punika.
Tanggel jawab amrih memitran wargi Jawi ing paran mboten ical kalindhih dening kesibukan kita mila lewat blog punika mbok menawi saget kangge lelipur memitran kita sadaya.
Wusana mugi blog punika migunani lan hanggampilaken anggeipun sami memitran.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Atur kula
Jawa Rantau